Rumah Aspirasi HPMB-Raya

Mars HPMB Raya

Saince 28 Juni 2007 Inilah Himpunan Kami HPMB Raya Himpunan Pelajar Mahasiswa Bantaeng Raya  Melangkah Bersama Setia, Teguh dan M...

Sabtu, 31 Desember 2016

peringatan Pergantian tahun baru di pantai seruni bantaeng menjadi sorotan Pemuda


Momen peringatan tahun baru 2017 yang di digelar Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng menjadi sorotan Pemuda 

Salah satu kader HPMB Raya Bantaeng Adhe Shira mengatakan pihaknya menyayangkan pemerintah daerah menggelar acara peringatan tahun baru dengan konsep pesta kembang api dan pagelaran musik. Mind Set tentang tahun baruan yang sarat agenda euforia itu menurutnya harus bisa dirubah menjadi sesuatu yang lebih positif.

“Konsep pesta kembang api dan pagelaran musik sudah tentu banyak menggeluarkan anggaran, apalagi menyelenggarakannya Pemda, sumber anggaran dari mana kalau bukan dari APBD, meskipun ada sponsor yang menyumbang, tapi pasti dari APBD juga akan banyak dikucurkan untuk suksesnya acara tersebut,” kata Adhe Shira

Euforia tahun baru, seperti yang sudah – sudah, lanjut Adhe Shira, selalu diisi dengan kegiatan yang mendekati hal – hal negatif, pergaulan muda – mudi berduaan pada malam hari, penghamburan biaya hanya untuk kegiatan pesta satu malam seperti itu tidak bisa dianggap fenomena biasa

Adhe shira  menyarankan, agar biaya kegiatan tersebut disalurkan untuk kegiatan kegiatan kepemudaan atau di salurkan ke anak2 yatim yang lebih membutuhkan, sebab di Bantaeng masih banyak anak yatim yang butuh uluran tangan.

Bahkan dari hasil temuan saya di lapangan pemda bantaeng mendatangkan operator kembang apa langaung dari Jakarta untuk memeriahkan pesta pergantian tahun baru di kota kecil bantaeng 

Pemda Bantaeng harus transparansi persolan anggaran yang di habiskan selama tahun 2016, agar masyarakat banyak juga tahu

Sebelum masuk ke puncak acara pesta kembang api, warga terlebih dahulu dihibur oleh penampilan artis Iis Sugianto dan sejumlah band lokal Bantaeng.

Rabu, 28 Desember 2016

Apa kabar Mahasiswa ....?


Karya : Eko Prasetyo 

Aku tidak mengajarkan kekerasan, tetapi apabila jempol kakiku diinjak, aku wajib membalasnya. (Malcolm X)

BIARKAN aku bercerita tentang masa
lalu. Masa dimana aku pernah menjadi sepertimu. Menjadi mahasiswa yang menggenggam harapan. Bukan hanya untuk bekerja atau menjadi sarjana. Melainkan untuk ikut mengubah jalannya sejarah.

Kala itu kampus tak semegah seperti sekarang. Pos satpam hampir tak ada. Dosen mirip dengan mahasiswa. Bedanya mereka berusia lebih tua. Hanya itu, karena dalam soal bacaan kami berlomba. Terlebih kalau soal analisa. Kami tak sepintar dosen tapi kami sering membantah gagasannya. Kelas bukan tempat orang berdoa dimana yang ada hanya diam dan mengangguk-angguk. Kelas menjadi ruang pertarungan ide, dimana tiap pikiran diadu untuk dicari mana yang lebih sesuai. Mungkin itu sebabnya kampus, buat kami, bukan tempat untuk belajar saja melainkan juga medan berlaga. Bertarung dengan kekuasaan yang otoriter dan berdebat dengan ide yang konservatif. Itulah sebabnya kami betah berada di sana. Aku selesaikan kuliahku tujuh tahun. Itu lumayan cepat karena yang lain bisa sampai 10 tahun. Kampus mirip tempat dimana waktu dan usia melintas dengan perlahan. Maka aku mengenal kampusku begitu rinci: nama tukang parkir, yang jaga kantin hingga nama-nama pegawainya.

Wajar kalau cinta bersemi di sana. Syair jatuh cinta bisa ditulis dimana saja. Alamat cinta itu bisa kemana-mana: kadang jatuh pada seorang gadis pintar, kerapkali jatuh pada gadis yang jadi idola, tapi juga bisa mekar di pundak gadis saleh. Cinta di usia mahasiswa seperti mencoba hidup dalam belantara petualangan dan harapan. Kita mencintai bukan saja karena rupa tapi ide serta gagasan yang serupa. Puisi, gitar dan buku adalah senjatanya. Lewat puisi rayuan itu bicara dengan kata-kata indah yang berterbangan. Gitar membuat cinta jadi sebuah jembatan melodi. Kemudian buku membuat cinta seperti sebuah lembaran cerita yang tak habis-habisnya. Itulah mengapa hidup mahasiswa tempo dulu padat dengan kisah romantika: di balik bangunan kampus ada banyak kisah indah yang terkubur. Hanya cinta kami bisa meluas kemana-mana. Cinta kami pada keadilan membuat kami kerapkali menggugat tatanan. Cinta kami untuk kebenaran membuat kami bertarung melawan kezaliman. Cinta kami pada kemanusiaan membuat kami mudah sekali bangkit nyalinya saat melihat ketimpangan. Cinta adalah kata yang tepat untuk melukis betapa imaginatif dan tidak realistiknya kami.

Kini apakah suasananya tetap sama? Sayangnya, aku tak melihat lagi kelas yang padat oleh debat. Kuliah dilalui dengan cara sederhana: datang-dengarkan lalu pulang. Tak ada yang terlambat masuk kelas dan tak ada yang tertinggal ketika pulang. Mirip tontonan bioskop ketimbang kuliah. Kini anak-anak muda bercanda di kantin atau berpetualang dengan gadgetnya. Kampus makin padat sekaligus kian sesak. Mereka duduk bersama tapi tak menyapa. Mereka berdekatan tapi tak berteguran. Yang luas adalah tempat parkir dan selalu diberi spanduk untuk keluar bawa karcis atau STNK. Kerapkali aku bingung ini kampus atau kantor Satlantas. Busanamu indah dan menarik. HP yang kaubawa bisa tiga, dua bahkan empat. Motor dan mobil yang kamu pakai selalu keluaran baru. Bersanding dengan kekasih seakan kalian jadi pasangan sehidup semati. Jika hidup tetap bersama dan kalau mati segera cari ganti. Kudengar juga kalian terampil mencari uang segala. Training wirausaha telah membuat cita-citamu dangkal: menjadi jutawan. Hidup dengan keyakinan mendapat untung dengan iman yang bermodal uang. Muda lalu kaya terus berkeluarga. Kemudian pelan-pelan mati dengan penyakit yang mudah diduga. Sungguh potret hidup normal dan wajar. Padahal kehidupan sekelilingmu sedang tak berjalan normal. Jika kau perhatikan situasi sosial lagi berjalan penuh sengketa. Normalkah keadaan kalau kekuasaan dipegang oleh orang-orang itu melulu? Wajarkah kondisi bangsa kalau aparat negara seenaknya menembaki rakyatnya sendiri? Bisakah bangsa disebut beradab kalau pejabat bisa berasal dari penjahat dan penjahat bisa jadi pejabat? Dan betapa bahayanya kalau kampus tidak mengenalkan keadaan itu pada kalian?

Itulah yang membuat kita jadi bangsa yang berhenti di tempat. Dihitung sejak merdeka kita menginjak usia 70 tahun. Dibanding negeri tetangga yang usianya lebih muda kita kalah jauh. Soal swasembada beras kita kalah dengan Vietnam. Urusan pendidikan kita kalah dengan Singapura. Tentang kedaulatan ekonomi kita jauh dari Malaysia. Padahal semua negara itu tak banyak punya kekayaan alam. Semua negara itu berdiri jauh setelah kita baca Proklamasi. Vietnam malah mengukir kisah pedihnya dalam film Rambo. Populasi penduduknya kalah jauh dengan yang kita punya. Partai politik mereka tak sebanyak yang kita miliki. Komisi pengawas negara jumlahnya tak sebesar yang kita dapatkan. Andai kita mengalahkan mereka, itu tetap dalam kategori yang buruk: angka korupsi dan tingkat kesenjangan sosial. Korupsi sudah seperti kegiatan sehari-hari dan kesenjangan sosial jadi ancaman saat ini. Dulu kita sempat optimis ada KPK yang menangkap para pejabat yang kegilaanya menumpuk harta. Ada yang ditangkap basah dan ada yang ditangkap karena kesaksian teman-temanya sendiri. Tapi sekarang KPK seperti sangkar hantu: para komisionernya dikriminalisasi untuk soal-soal menggelikan dan kewenanganya mau dicopot pelan-pelan. Lalu kesenjangan sosial terus dibiarkan dengan memberi pupuk bagi para hartawan dan tetesan kecil bantuan buat yang miskin. Kita seperti menjadi bangsa yang bolak-balik hanya rindu akan figur tauladan dan kenyataan pahit seperti sebuah takdir. Tapi benarkah tak ada jalan keluar dari kerumitan ini semua?

Tidakkah kalian percaya kalau negeri ini dulu diproklamirkan oleh dua orang mahasiswa? Yang satu namanya Ir Soekarno dan wakilnya Drs Moh Hatta. Yang satu anak tekhnik dan satunya anak ekonomi. Yang satu seorang orator dan satunya administrator. Keduanya ditemani oleh banyak mahasiswa yang cakap dan punya banyak mimpi. Sjahrir meski tak tuntas kuliah tapi pengetahuanya kaya, Amir Sjarifuddin pintar dan berani, Moh Natsir saleh dan sederhana, Haji Agus Salim berwibawa dan santun, Tan Malaka nekat dan petualang. Sederet nama lain bisa dijejer untuk memberi bukti kalau bangsa ini didirikan oleh anak-anak muda yang usianya masih mahasiswa. Tampang mereka tak jauh dengan kebanyakan mahasiswa semester awal: lucu, nekat dan punya pikiran besar. Seperti benih, pikiran mereka dirawat melalui tiga dunia: dunia pergerakan, pendidikan dan pergaulan. Pergerakan mengajarkan arti pengorbanan, pendidikan menanam budaya pengetahuan dan pergaulan mencipta solidaritas. Tiga-tiganya menempa jiwa, membentuk pengalaman dan meneguhkan tekad. Kita hampir tak pernah tahu berapa IP Soekarno, apakah Sjahrir rajin kuliah tidak atau bagaimana Hatta merias dirinya sebelum berangkat ke kampus. Informasi itu terlalu sederhana untuk orang yang punya kegelisahan seperti mereka. Mustinya lukisan gagasan mereka disebar luaskan melalui pendidikan tinggi. Kisah mereka sebagai mahasiswa harusnya jadi mata kuliah utama. Pastilah pada masa itu kampus jadi tempat untuk menanam ide-ide segar dan menantang. Masa dimana kampus berisi lalu lintas gagasan indah. Masa dimana kampus jadi tempat untuk menempa kader-kader militan. Kini mampukah kampus mengantarkan itu.
Aku bisa bilang mungkin dan pasti bisa! Lihat mimpimu waktu tinggal di kampus ini. Apa hanya pekerjaan yang kalian butuhkan? Tentu tak hanya itu. Apakah kalian kuliah hanya ingin menumpuk-numpuk uang? Pasti tak seperti itu. Kalian kuliah karena memang ada kebutuhan untuk menjawab tantangan zaman. Kalian kuliah karena memang ada mimpi besar yang mau diwujudkan. Mimpi itu bukan sekedar ‘bekerja dan punya jabatan’. Mimpi itu tak hanya untuk jadi ‘sarjana’. Mimpi itu seperti apa yang dikatakan Kahlil Gibran ‘kamu bukanlah apa yang kamu capai tapi apa yang kamu impikan untuk kamu capai’. Kini tidakkah kamu ingin negeri ini berdiri dia tas tugu kehormatan? Tak ada pencuri yang berani jadi pejabat dan tak ada pejabat yang nekat mencuri uang rakyat. Tak ada kekerasan, pembunuhan atau pemenjaraan gara-gara tuduhan dan prasangka? Tidakkah kamu ingin pendidikan ini melahirkan para petualang pengetahuan seperti Hawking? Seorang yang kini punya keinginan untuk menjawab apakah UFO itu ada? Bukankah kamu ingin kita juga melahirkan pemimpin yang berani seperti Soekarno atau Hugo Chavez atau Fidel Castro: yang berani berdiri di atas kehormatan dan kedaulatan bangsanya sendiri? Keduanya berani menentang negara raksasa karena kebijakanya yang durjana. Kita ingin negeri ini menjelma dengan prestasi besar dan luhur. Sebab kelahiran bangsa ini diprakarsai bukan oleh politisi culas apalagi aparat korup, melainkan geliat anak-anak muda yang berani, kreatif dan radikal.

Buktinya sudah ada dan jejaknya telah ditanam. Soal urusan film kita punya banyak anak muda yang jadi sutradara, penulis hingga pemain yang raih penghargaan dimana-mana. Soal urusan pengetahuan kita punya anak-anak muda yang menang olimpiade, duduk sebagai ilmuwan ternama dan punya banyak temuan mutakhir. Soal kebudayaan banyak anak muda yang telah jadi duta kesenian, pelukis ternama, penulis terkenal hingga para perupa yang mendunia. Hanya satu soal yang kita krisis dan langka: politisi muda yang pintar, berani dan punya gagasan alternatif. Ada anak muda tapi jadi politisi yang berujung hidupnya di penjara. Sangkaan untuknya menyedihkan: korupsi. Selayaknya kampus menyumbang kontribusi untuk menghidupkan sosok politisi muda. Sosok yang bisa dibesarkan melalui kemampuan untuk peduli, terlibat dalam perkara kemanusiaan hingga membela soal-soal berkait dengan ditebangnya hak-hak rakyat. Tak tahukah kamu bahwa di Papua sana perjuangan untuk menuntut keadilan bisa berakhir dengan peluru? Apa kamu tak dengar kalau di Kulonprogo ada warga yang menolak pendirian tambang pasir besi dan bandara? Sudahkah kamu paham jika korban lumpur Lapindo puluhan tahun silam masih belum dapat ganti rugi penuh? Sadarkah kamu jika di Rembang tuntutan rakyat untuk menolak pabrik semen dipatahkan oleh putusan pengadilan? Dan salah satu penyokong putusan itu adalah kesaksian dosen di kampus kalian sendiri!? Biar kalau diurutkan sesungguhnya kita sedang menghadapi suasana dimana rakyat kecil masih kesusahan untuk menggapai keadilan.

Keadilan tak bisa ditunda oleh janji apalagi kesepakatan. Keadilan dihadirkan dengan perjuangan, pertarungan dan perebutan. Tak mungkin rakyat kecil hanya jadi ‘saksi’ melulu atas kemajuan pembangunan. Tak bisa lagi tanah atau sawah rakyat disita untuk sekedar kepentingan pabrik dan industri. Juga tak mungkin lagi membiarkan perusahaan seenaknya menekan buruh dan tak memberi upah yang layak untuk mereka. Lebih tak mungkin lagi membiarkan warga yang menuntut keadilan dengan sangkaan separatis apalagi teroris. Hukum tak bisa tegak kalau hanya menerkam mereka yang posisi kelas sosialnya ada di bawah. Hukum sebaiknya dibangun untuk meneguhkan keadilan: menyeret para penjahat kemanusiaan dan memberi hukuman untuk mereka yang berkuasa tapi sewenang-wenang. Itu semua tak bisa terwujud kalau kampus tak pernah menaruh kesadaran mahasiswa untuk terlibat dan tergerak mengubah keadaan. Itu tak mungkin dapat terealisasi kalau kampus hanya padat dengan kuliah, aturan dan pelatihan menjadi jutawan. Saatnya kampus mengubah peranan: diawali dengan dukungan agar mahasiswa terlibat organisasi, membiarkan mereka untuk sering mengunjungi yang miskin dan menceburkan mereka dalam wilayah yang bahaya. Wilayah dimana rakyat mempertaruhkan nyawa untuk membela hak miliknya. Kalau kampus mampu mengantarkan itu kita tidak hanya melahirkan sarjana tapi orang mulia: dimana mereka mau mengorbankan diri untuk kepentingan yang lebih besar ketimbang dirinya-sendiri.

Menariknya kampus punya agenda berbeda. Mereka tak mau mahasiswa tinggal lama di sana. Kini meluncur aturan tentang batas waktu kuliah. Kini terbit kebijakan tentang sistem pembayaran. Belakangan muncul pula aturan soal pakaian yang sopan. Seakan kampus seperti ruang kendali keamanan: mahasiswa dipantau kedisiplinan, dikontrol pikiran dan dikendalikan geraknya. Tak hanya itu kampus kemudian membuat kompetisi apa saja: lomba debat, lomba usaha hingga lomba pidato. Para juaranya wajahnya dipasang di baliho depan kampus. Seakan-akan itulah yang dikehendaki dari kampus pada mahasiswa, jadi juara lomba apa saja. Tak mirip dengan Sekolah Dasar tapi jauh lebih bebas anak anak TK. Kalau tak percaya bandingkan fotomu semasa kuliah dengan waktu dirimu kecil: sungguh sangat berbeda. Satunya riang dan nekat sedang satunya kelihatan kuatir dan cemas. Jika kamu sadar sebenarnya bukan pendidikan tinggi yang kamu nikmati tapi belenggu imaginasi yang sedang kamu hadapi. Maka waktunya kamu menolak untuk dipenjara. Jangan mudah percaya dengan apa yang selalu dikatakan oleh mereka dan jangan gampang patuh dengan aturan yang dibuat mereka. Kampus bukan tempat yang menjamin sepenuhnya masa depan melainkan tempat dimana mimpi dan keyakinamu sedang dipertaruhkan. Dalam sejarah pendidikan kaum pembangkang biasanya lebih berhasil dalam hidupnya ketimbang mereka yang memilih patuh dan percaya. Maka jika boleh aku sarankan: lakukan petualangan sejak hari ini untuk menikmati betapa memukaunya menjadi mahasiswa. Biarkan dirimu terlibat dalam gerakan karena dari sana kamu akan mencicipi beda kompromi dengan berani.

Jadilah dirimu seperti Soekarno yang percaya bahwa ilmu tekhnik bukan untuk membangun gedung saja tapi membangun jiwa rakyat yang sedang ditindas. Jadilah seperti Hatta yang mempelajari ilmu ekonomi untuk melahirkan konsep koperasi. Kalau mungkin bacalah Che Guevara yang mendapat pengetahuan medis untuk jadi bahan dasar revolusi. Tengoklah kisah Fidel Castro yang menjadikan pengetahuan hukum sebagai dasar untuk menentang kediktatoran. Mereka menanam perubahan sedari muda dengan meyakini kalau tugas kuliah bukan untuk datang dan mendapat gelar. Mereka meluncur menjadi sosok yang tak mau ditundukkan oleh aturan dan malah mencoba untuk melawanya. Soekarno menentang rektornya sendiri, Hatta melawan pemerintah Belanda yang biayai kampusnya dan Guevara malah menjatuhkan tahta penguasa. Pengetahuan di pendidikan tinggi jadi kekuatan yang membebaskan. Membebaskan rakyat dari belenggu ketidak-adilan, kemiskinan dan kebodohan. Keadaan yang hari-hari ini makin mengkuatirkan dan kita menyaksikan dengan terang-terangan. Membunuh karena kebutuhan, bunuh diri karena putus asa dan protes karena terus didzalimi. Bisakah kamu diam dan tenang duduk di bangku kuliah ketika di luar ruanganmu ada banyak rakyat menjerit, luka dan terus berharap kedatanganmu? Saatnya kamu membuat sejarah sebagaimana dulu Soekarno dan Hatta membuatnya. Saatnya kamu tidak menjadi seperti mereka: para sarjana yang hidupnya hanya untuk mengkhianati nuraninya dan rakyatnya sendiri. Jangan biarkan kalian hidup seperti keinginan mereka: patuh, taat dan lulus secepat yang mereka kira. Karena tokh mereka hanya jadi seperti sekarang ini; memerintah, membuat aturan dan menakut-nakuti masa depan. Genggam erat mimpi perubahan karena kalian telah jadi mahasiswa. Jadilah seperti dulu para mahasiswa yang membebaskan dan memerdekakan negeri ini.

Editor : Adhe Shira 

Selasa, 27 Desember 2016

Ketiga Kandidat yang Akan Memperebutkan ketua Umum Cabang Ba'Ba Eja HPMB-Raya periode 2016-2017


Konfrensi Cabang yang akan di laksanakan pada tanggal 29_30 Desember di Gedung SKB Gowa ada Bebebrapa Nama yang di pastikan Akan Bertarung Memperbutkan posisi ketua Cabang Ba'Ba eja HPMB_Raya

Inilah 3 bakal Calon Ketua Himpunan pelajar Mahasiswa Bantaeng Raya Cabang Ba'ba Eja (HPMB-Raya Cab.Ba'ba Eja) periode 2017-2018
1. Adhe Shira
Ketua Bidang Pendidikan & Kaderisasi
Kampus : Universitas Islam  Negri Alauddin Makassar, Jurusan Ilmu Politik
2. Dwi Anggraeni
Bendahara Umum Cabang Ba'Ba Eja
Kampus : Universitas Bosowa, Jurusan Psikologi
3. Rezeki Ulil Amry
Sekretaris Bidan Informasi & Komunikasi 
Kampus : Universitas Indonesia Timur,  Jurusan Manajemen
Itulah ketiga kandidat Yang Akan bertarung di konfercab nanti pada tanggal,29-30 Desember 2016

Ketiganya masing-masing mempunyai Visi Bagaimana menjadikan HPMB-Raya Cabang Ba'ba Eja yang lebih baik dan jaya kedepannya.Ketiga Calon ini adalah kader terbaik HPMB-Raya Cabang Ba'ba Eja yang Loyal dan Solid dalam berlembaga Kata Sekretaris Umum HPMB-Raya Cabang Ba'ba Eja Aidil Akbar

Ini adalah pesta Demokrasi yang di lakukan di tataran Cabang HPMB-Raya setiap Satu Tahun sekali Melalui Konfrensi Cabang ( KONFERCAB ) dan semoga melalui KONFERCAB ini mampu melahirkan Regenerasi yang Berintegritas dan bermoral yang mampu bertanggung jawab dalam mengembang amanah dan menjaga Eksistensi Lembaga Khususnya HPMB-Raya Cabang Ba'ba Eja, tuturnya

Sementara ketua Cabang Ba'Ba Eja A.  Muh Alif Hidayatullah berpesan kepada semua bakal calon agar tetap sportif dalam pertarungan di KONFERCAB mendatang karna semua Calon punya hak yang sama sebagai Kader HPMB-Raya dan menyampaikan pilihan Politik boleh berbeda tetapi tujuan tetap sama bagaimana menjadikan HPMB-Raya yang lebih jaya.

Editor : Adhe Shira 

Kamis, 22 Desember 2016

Ikuti & Sukseskan Turnamen Futsal Cup II Cabang Ba'Ba Eja HPMB_Raya



Tunamen ini di laksanakan pada hari Sabtu, tanggal 24 Desember 2016 yang bertempat Di Lapangan H. bate (Maestre Futsal) Depan Lapangan Syech Yusuf Kabupaten Gowa

Salah satu penanggung jawab kegiatan Irfan Sanjaya mengatakan bahwa kegiatan ini salah satu ajang Silaturrahmi sesama kader Merah Hitam HPMB-Raya, Mengingat bahwa Akan di adakannya konfrensi cabang yg ke-8 sehingga hal silaturahmi itu sangat penting, seiring dengan dinamika politik yg terjadi dalam internal HPMB Raya Cabang Ba'Ba Eja sehingga kami berinisiatif mengadakan tunamen Futsal tersebut, agar semua kader paham meskipun banyak dinamika politik yg terjadi namun kita tetap satu yaitu Merah Hitam HPMB-Raya

Kegiatan ini Merupakan rangkaian kegiatan Konfercab VII Himpunan Pelajar Mahasiswa Bantaeng Raya, Cabang Ba'Ba Eja (Pc HPMB_Raya)

Sekedar informasi,  kegiatan ini Terkhusus untuk seluruh kader HPMB Raya, dan biaya kontribusi setiap Tim Rp. 80000,00

Minggu, 18 Desember 2016

Kecam Parkir Pra Bayar Karena bagian Daripada Kapitalisasi Kampus UINAM


Penulis : Adhe Shira*
Mahasiswa Ilmu Politik UIN Alauddin Makassar 

Dengan cinta dan Sedikit Keras Kepala kita Kabarkan Kebenaran kepada Meraka yang tidak Jelas Berkata....!

"Ketika suara pelan dan santun sudah tak lagi indahkan,  maka berteriaklah ketika terikankanmu sudah tidak di dengarkan maka memberontak lah kawan...!"

Kampus idealnya, merupakan tempat berkembangnya segala bentuk pengetahuan. Sebab Kampus sebagai pencetak regenarasi bangsa Indonesia,  sehingga perlu di tinggakatkan Diskusi-diskusi kecil di sudut kampus yang ada , di dalam ruang kuliah, bahkan di kantin menjadi tempat dimana gagasan diadu dan terus dikembangkan. Iklim yang penuh khasanah intelektual tersebut menjadi fenomena yang tak terlepas dari semua unsur yang hidup dan beraktivitas di dalam kampus.

Di sana ada mahasiswa, dosen, birokrasi kampus dan beberapa orang yang menggantungkan hidupnya sebagai pegawai atau pekerja. Dalam perspektif konstruktivisme, proses transaksi ide-ide perubahan dan gagasan yang revolusioner dari mahasiswa terbentuk dari interaksinya dengan semua elemen yang ada di dalam kampus.

Mahasiswa, sebagai salah satu unsur terpenting dalam kehidupan kampus, tentu memiliki hak untuk terlibat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di kampus. Hak yang dimaksud bukan hanya dimaknai bahwa mahasiswa berhak mendapatkan pendidikan yang layak dengan ruangan belajar yang nyaman, wc yang tidak tersumbat, atau perpustakaan yang penuh dengan referensi yang menyegarkan. Tetapi, mahasiswa juga berhak untuk terlibat dalam merumuskan kebijakan yang mendukung dalam peningkatan kualitas intelektual, serta terlibat dalam mentransformasikan dan memperbarui sistem pendidikan yang diterapkan agar sesuai dengan konteks zaman. Singkatnya, "Mahasiswa sebagai bagian dari kampus menjadi pelaku aktif dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang mencerahkan dan mencerdaskan"

"Pantaskah Kampus kita (UINAM)  di sebut-Sebut sebagai Kampus Peradaban...?? saya rasa hal ini menjadi pertanyaan untuk kita semua sebagai Mahasiswa yang menempuh Pendidikan di UIN Alauddin Makassar"


Kemudian, Semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (UU-PT), Perguruan Tinggi, khususnya Perguruan Tinggi Negeri (PTN) harus mengubah statusanya menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH).

Sehingga Kampus Peradaban UIN Alauddin Makassar Melahirkan beberapa kebijakan yg kemudian tidak pro terhadap Mahasiswa, disisi lain Landasan Birokrasi Kampus UIN alauddin Mengeluarkan kebijakan demiakan, sebut saja  parkir Pra Bayar karena berladaskan daripada UU BHP no 12 tahun 2012 yang dimana setiap kampus harus mandiri dan Mampu mengolah semua keuangan yang ada di kampus tanpa intervensi negara, Namun saya rasa Kebijakan ini tentu memiliki efek terhadap nasib mahasiswa sebagai bagian dari kampus.

Hak mahasiswa atas kampus mulai tercerabuti. Auto Parkir  yang lahir dari semangat untuk meliberalisasi pendidikan juga memasukkan beberapa gagasan untuk memprivatisasi dan mengkomersialkan kampus kita (Sebut UIN Alauddin Makassar) . Ini cukup bermasalah, ketika kampus yang dikenal sebagai institusi pendidikan yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, harus berbagi tempat dengan para kapitalis yang ingin membangun pasarnya dalam kampus. "Alhasil kampus menjadi lahan bisnis yang sangat subur untuk mengeruk kekayaan bagi para kapitalis"

Berubahlah kampus yang harusnya lebih dominan melakukan aktivitas untuk menunjang kualitas intelektual, menjadi tempat diterapkannya serangkaian kebijakan seperti privatisasi dan komersialisasi (Auto Parkir)  ruang-ruang pendidikan.

Belum lagi, Kebijakan Parkir Pra Bayar  sebagai produk liberalisasi pendidikan tinggi mempersilahkan lembaga perguruan tinggi negeri yang bersangkutan untuk mencari dana tambahan dalam menjalankan aktivitas kampus (pembangunan infrastruktur, pembayaran listrik, iuran air, membayar gaji dosen dan pegawai, Pengamanan, dan lain-lain) dari pihak-pihak luar kampus dikarenakan dana subsidi dari pemerintah secara perlahan dikurangi sebagai implikasi dari kebijakan otonomi yang diberikan pemerintah pada kampus yang bersangkutan. Dampaknya, di satu sisi pembangunan kampus ditujukan untuk melayani kepentingan kelas menengah atas, pada saat bersamaan kampus sangat tidak ramah terhadap masyarakat yang berada di kelas bawah.

Parkir Pra Bayar yang juga mengusung konsep otonomi memungkinkan para birokrat kampus untuk bertindak otoriter dalam pengelolan kampus. Ketakutan itu terjadi ketika banyaknya aturan yang dikeluarkan oleh para birokrat sama sekali tidak melibatkan mahasiswa sebagai unsur penting dalam kampus.

Belum lagi aturan yang dikeluarkan tersebut sangat jauh dari rasionalitas. Seperti aturan larangan bagi mahasiswa terlibat Langsung dengan Organisasi Ekstra,  larangan beraktivitas di malam hari di kampus, larangan melakukan pengkaderan dan masih banyak lagi aturan yang sama sekali tidak ada hubungannya dalam peningkatan kualitas intelektual mahasiswa, Hari Ini aturan Auto Parkir yang akan mencederai Mahasiswa sebab tidak semua dari kita itu berasal dari Mayarakat yang Mampu (Kelas Atas)  ini lah yang harus menjadi bahan evaluasi Pejabat Kampus UIN Alauddin Makassar

Dampak dari Parkir Pra Bayar disadari atau tidak telah merampas hak mahasiswa untuk terlibat penuh dalam segala aktivitas kehidupan di kampus, baik dalam rangka merumuskan kebijakan yang akan diterapkan di kampus ataupun dalam meningkatkan kualitas pendidikan sebagai alat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Mahasiswa harus sadar dengan hak nya atas kampus. Mahasiswa juga harus sadar bahwa hak yang mereka miliki tidak boleh dikebiri seenaknya oleh birokrasi kampus. Karena jika hal yang demikian terjadi, maka usaha perampasan hak oleh para birokrat yang sudah bergandengan dengan pihak swasta akan semakin leluasa di lakukan.

Konsep hak atas kampus, saya adopsi dari pemikiran David Harvey yang menjelaskan tentang hak atas kota yang sudah diracuni oleh perkembangan kapitalisme-liberal. Hak atas kampus merupakan upaya merebut kontrol atas kampus sebagai upaya perjuangan kelas yang revolusioner. Pembangunan gerakan sosial yang progresif, massif, terorganisir, dan tersistematis menjadi sangat penting untuk merebut kembali hak atas kampus. Perspektif ini memberikan pandangan baru bahwa pengambil kebijakan tertinggi di kampus adalah semua unsur itu sendiri, termasuk di dalamnya mahasiswa, yang dengan aktif berpartisipasi secara kolektif. Dengan demikian, usaha merebut hak atas kampus merupakan bagian dari perjuangan kelas yang revolusioner, yang harus dibangun oleh gerakan mahasiswa.

         Ket.  Aksi Aliansi Mahasiswa UINAM

Hari ini Kawan-Kawan Aliansi Mahasiswa UINAM Melakukan Aksi demonstrasi Sebagai Bentuk penolakan Parkir Pra Bayar akan di terapkan di kampus peradaban ini,  ini membutikan bahwa Mahasiswa tidak pernah di libatkan dalam pembuatan kebijakan,  padahal mahasiswa adalah instrumen penting dalam sebuah kampus.

Aksi ini yang tergabung dari semua jajaran Dewan Mahasiswa "DEMA" se-UIN untuk mencekam kebijakan kampus yang tidak sewenang-Wenang membuat kebijakan, dimana Kampus hari ini sudah menjadi bagian dari pasar karena peran kapitalisme sudah masuk ambil bagian di dalam nya.

Hak Hak mahasiswa sepenuh nya sudah di Rampas oleh birokrasi Kampus,  kampus yg katanya kampus peradaban namun disini lain tidak mencerminkan hal demikian,  Fasilitas Pendidikan yang seharus nya di benahi bukan malah membuat kebijakan-kebijakan yang menindas Mahasiswa

Hidup Mahasiswa, Salam Pemberontakan


Sabtu, 17 Desember 2016

Suasana Malam Terakhir LK 1 HPMB-Raya cab. Balla' Tujua Di rumah Adat Takalar, Benteng Somba Opu kab. Gowa

Lk 1 Cabang Balla' Tujua Himpunan Pelajar Mahasiswa Bantaeng_Raya "HPMB_Raya" Rumah adat Benteng Somba Opu, kabupaten Gowa (18/12/2016)

Malam Terakhir  ini di ikuti sebanyak 50 mahasiswa dari kab bantaeng dari berbagai Kampus yang ada di kota Makassar


Ket. Spanduk LK 1 HPMB-Raya Cab. balla' Tujua 

Dari pantauan #PersPabburittaHPMB_Raya semua peserta sangat semangat dan atusias Mengitu proses Berlangsungnya Materi

Sampai Malam ini sudah 8 materi berlangsung yaitu :
1. Metode Persidangan oleh " Irfan Fandi Winata"
2. Retorika oleh Ketua Cabang Balla' Tujua "Akbar Ali"
3. Filsafat & Logika oleh "Harianto Baharuddin" sauka
4. identitas Mahasiswa okeh Ketua Cabang Jalarambang "Kurniadi Akbar "
5. Kritik kapitalisme Pendidikan "Sudirman S. H"
6. Kepemimpinan & keorganisasasian oleh ketua cabang Ba'Ba Eja "Muh Alif Hidayatullah"
7. Keadilan sosial & keadilan ekonomi oleh Presma FIK UNM "Riswandi Haris"
8. Gender oleh "Hajar"
8. Aksi dan Advokasi oleh "Adhe Shira"

Materi yang belum berlangsung yaitu :
1. Analisis Sosial Daerah Oleh "Harianto Baharuddin Sauka"
2. Kesekretariatan oleh sekretaris Umum PB HPMB-Raya "Zaenal Amri"
3. Tafsir Tujuan HPMB Raya oleh ketua PB HPMB-Raya "Haedir"

            Ket. Foto ketua Panitia "Sahraeni"

ketua Panitia LK 1 Pc HPMB_Raya Sahraeni salah satu Mahasiswa FIK UNM berharap kepada semua peserta yg mengikuti LK 1 ini bisa berproses dengan Baik,  kami tak butuh kuantitas tapi butuh kualitas teman2

Tidak heran jika HPMB raya selama 9 tahun,  itu masih eksis di kota Makassar maupun di kabupaten Bantaeng karena loyalitas kadernya,  dan itu yg kami harapakan kepada peserta pengkaderan kali ini karena sebagai pelanjut tongkat estafet kepemimpinan Merah Hitam HPMB-Raya ke depan

Ket. Foto ketua Cab Balla Tujua "Akbar Ali"

Senada dengan ketua Cabang Balla' Tujua HPMB_Raya "Akbar Ali" maengatakan mudah mudahan adek adek yg mengikuti proses latihan kepemimpinan satu ini bisa loyal dengan organisasi (HPMB-Raya)  seperti yg tertera dalam tema bahwa HPMB_Raya akan mencetak kader kader yg cerdas secara intelektual dan emosional dalam menjaga eksistensi lembaga HPMB Raya & pemuda adalah penata masa depan bangsa, Tuturnya..

Editor : Adhe Shira 

Kamis, 15 Desember 2016

Pc Balla' Tujua HPMB Raya Akan Melaksanakan Latihan Kepemimpinan Minggu ini


Himpunan pelajar Mahasiswa Bantaeng Raya Cabang Balla' Tujua (PC HPMB Raya) akan gelar Latihan Kepemimpinan minggu ini hari jumat 16 sampai 19 desember  2016 yang bertempat di Benteng Somba Opu kab gowa.

Ini Tema yang di Angkat dalam LK 1 Pc HPMB_Raya  "Menciptakan Kader yang Cerdas Secara Intelektual dan Emosional Dalam Mempertahankan Eksistensi Lembaga"

Menurut Akbar Ali ketua cabang Balla' Tujua HPMB Raya mengatakan, sekitar 100 mahasiswa Bantaeng yang akan ikut dalam latihan kepemimpinan ini, dan kegiatan yang kami laksanakan ini sekaligus salah satu bentuk menbangung hubungan emosional dengan saling bersilaturahmi antara sesama anak Butta Toa yang berada di rantau kota Angin Mammiri (Makassar).

"HPMB Raya juga sebagai wadah untuk bersua, saling menyapa, dan sharing antara anak sedarah dari Butta Toa," ungkapnya.

Sementara Sahraeni Ketua Panitia LK 1 Pc HPMB_Raya menyampaikan, bahwa latihan Kepemimpinan ini akan melahirkan generasi seorang pemimpin yang baik dan mampu memimpin dirinya sendiri. Dalam pelatihan kepemimpinan ini dapat ditanamkan dan meperkuat dari dalam diri sendiri serta menjalin keakraban antar mahasiswa Bantaeng yang menempuh pendidikan di kota Makassar

Bagi teman-teman yang belum mendaftarkan diri Silahkan hubungi kontak panitia 082293440567

"Sebagai Slogan HPMB Raya "Manyu' Siparampe Tallang Sipaumba" Atau "Dengan Cinta dan sedikit keras kepala kabarkan kebenaran kepada mereka yang tak jelas berkata "kunci Sahraeni

Editor : Adhe Shira 

Senin, 12 Desember 2016

PB HPMB-Raya Menilai Festival Waria adalah Penistaan Terhadap Adat & Budaya kita

     Ket. Foto ketua umum PB HPMB-Raya 

PB HPMB Raya "Haedir" Angkat Bicara persoalan Festival Waria yang di laksanakan dibantaeng, rumah jabatan bupati. sabtu, tanggal 10 desember 2016

Festival waria yang dilakukan di kab. Bantaeng menunjukan ke tidak pekaan pemerintah terhadap adat budaya kab. Bantaeng

Awal nya kegiatan Ini hendak di laksanakan di tribun pantai seruni,  namun saat itu mendapat perlawanan atau kecaman dari masyarakat sekitar, sehingga Festival waria ini di pindahkan ke rujab bupati bantaeng yang di jaga ketak oleh satpol PP

Haedir melihatnya hal ini merupakan penistaan terhadap adat budaya, baju bodo yang dipakai waria pada festival tersebut adalah merupakan simbol kesakralan adat budaya suku bugis makassar namun waria tersebut tidak lagi menjaga kesakralan adat budaya tersebut dikarenakan baju bodo yang di kenakan waria tersebut adalah baju untuk kaum perempuan, apa lagi baju Bodo hanya di gunakan bagi perempuan Normal Bagis Makassar, inilah menjadikan kami sangat Risih dengan melihat Hal itu

Selain dari itu kami dari  HPMB Raya yang tetap menjunjung tinggi adat budaya wariasan para leluhur, menolak pemerintah terhadap wacana legitimasi waria di kabupaten bantaeng, karna bahkan aspek agamapun tdk mengakui keberadaan waria, Ungkap PB HPMB-Raya Haedir

Editor : Adhe Shira 

Rabu, 07 Desember 2016

Ketua Cabang Jalarambang HPMB-Raya Dari masa Ke Masa

 Ketua Cabang Jalarambang Dari masa ke masa
Ketua Pertama
Andi Sahrul S. Fadjar
Universitas Negeri Makassar
Kepelatihan Olahraga
HPMB-Raya
Ketua Kedua
Firmansyah Umar
STIEM Bongayya Makassar
Manajemen Keuangan Dan Perbangkan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

Ketua Ke-Tiga
Muh. Suyuti Ramli
Univesitas Muhammadiyah Makassar
Pendidikan Guru Sekolah Dasar(PGSD)
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
Ketua Cabang Periode 2012-2013
Ahmad Kautsar
Univesitas Muhammadiyah Makassar
Ilmu Pemerintahan
Mapala Cinrana
Ketua Cabang Periode 2013-2014
Yahyar Nur Hardiansa
Universitas Muhammadiyah Makassar
Jurusan Keuangan
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Ketua Cabang Periode 2014-2015
Muhammad Aswar
Universitas Muhammadiyah Makassar
Jurusan Keuangan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PMII)
Ketua Cabang Periode 2015-2016
Kurniadi Akbar
Universitas Muhammadiyah Makassar
Manajemen 
Himpunan Aktivis Mahasiswa (HAM), Aliansi Mahasiswa & Pemuda (AMP) 
Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI)


Selasa, 06 Desember 2016

Keluarga Besar Himpunan Pelajar Mahasiswa Bantaeng_Raya (HPMB_Raya)

HIMPUNAN PELAJAR MAHASISWA BANTAENG_Raya (HPMB_Raya)
Mengucapkan Selamat Hari jadi Bantaeng yang ke-762 Tahun 

'Antama' ki Karaeng ri Emba Ada' Kala'birangna BUTTA TOA "miri'-miri'ko anging Na marunang Leko Kayu-kualleko Tambara' tangkualleko Racung Kualleko pammajiki tangkualleko pangngodi" Ripa'rasanganna Tau ampaentengi Ada' ka, ampara'bai Tau tanreka siri'na siurang tau tanreka Paccena Ri paranna Tau. bombang-bombangmi innne lino  la nisiri'mi bonena lanipilei lamungang makkala timboa, tala' jumpandang manakku tala gowa mangngurangi Bantaeng Tongji sitola-sitola Pasanna" naiyya pasangna "Tealaloko assingkamuai"Kayu lompo bulelengi anrampang kajilijili tannasenna kalenna ni pa'la'langngi"

manyu'siparampe Tallang sipaumba"

Editor : Adhe Shira

Harapan salah satu pemuda di Hari Jadi Bantaeng yang ke 762 Tahun

Selamat Hari Jadi Bantaeng yang ke-672 tahun,  Kabupaten Bantaeng Masih Butta Toa dan Bukan The New Bantaeng


           Hari jadi Bantaeng dilihat dari segi yuridis formal, jatuh pada tanggal 4 juli 1959 saat di Legalkan dengan undang-undang nomor 29 Tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah tingkat II di Sulawesi. Namun Pemberlakuan Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959, bukanlah menunjukkan keberadaan Bantaeng pertama kali, karena Kabupaten Bantaeng sebagai bekas afdeling pada zaman pemerintahan Hindia Belanda sudah lama dikenal sebagai pusat pemerintahan Formal.
             Bahkan sejak tanggal 11 November 1937 Resident Pertama Pemerintahan Hindia Belanda telah memimpin Pemerintahan di Bantaeng. jadi, hari jadi Bantaeng selain bermakna historis juga bermakna simbolik yang menggambarkan nilai budaya dan kebesaran Bantaeng dimasa lalu dengan adat istiadatnya yang khas
            Tanggal 7 (tujuh) menunjukkan simbol Balla Tujua di Onto dan Tau Tujua yang memerintah di masa lalu : KARE ONTO, BISSAMPOLE, SINOWA, GANTARANGKEKE,MAMAMPANG, KATAPANG dan LAWI-LAWI
           Bulan 12 (Desember) menunjukkan sistem Adat 12 atau semacam DPRD sekarang ini, yang terdiri dari perwakilan rakyat melalui unsur Jannang (Kepala Kampung) sebagai Anggotanya, yang secara demokratis menetapkan kebijaksanaan pemerintahan bersama Kareang Bantaeng
            Tahun 1254 dalam atlas sejarah Dr.Muhammad Yamin, telah dinyatakan wilayah Bantaeng sudah ada, ketika kerajaan singosari dibawah pemerintahan Raja Kartanegara memperluas wilayah kedaerah timur Nusantara untuk menjalin hubungan Niaga pada tahun 1254-1292. Penentuan autentik Peta SIngosari ini jelas membuktikan Bantaeng sudah ada dan eksis ketika itu. Sehingga Oleh Prof.Nurdin Syahadat, menyatakan bahwa Bantaeng sudah ada sejak tahun 500 Masehi, sehingga dijuluki Butta Toa atau tanah tua (Tanah Bersejarah)
         
            Salah satu pemuda asal Bantaeng Adhe Shira berharap di hari jadi Bantaeng yang ke 762 Tahun, PemerintahDalam Hal ini Bapak Bubapati Bantaeng  Prof. Dr.  Nurdin Abdullah kedepan nya  lebih Memperbaiki tata kelola investasi di Kabupaten Bantaeng kedepan nya , memperhatikan dari beragam aspek seperti lingkungan, pertumbuhan ekonomi & penduduk, infrastruktur, dan Lain-Lain . Artinya lebih selektif terhadap investor asing yang harus memperhatikan atau lebih peduli terhadap lingkungan, kesejahteraan, permasalahan sosial, dan penyerapan tenaga kerja lokal yang banyak terserap, transportasi umum diperhatikan keamanannya dan ketertibannya.
             Daerah Pariwisata masih Banyak yang harus di Benahi oleh bapak seperti permandian Alam Eremeresa,  Batu Ejayya di Campagaloe dan Peningalahan Prasejarah Balla Tujua ri Onto masih kurang tersentuh Oleh bapak.
              bapak Bupati sekiranya bisa jalan-Jalan ke Daerah  Benteng Somba kab.  Gowa, Melihat Kondisi bagimana Hancur nya simbol Daerah Kami (Rumah Adat Bantaeng), selama masa penerintahan 2 periode Bapak tidak pernah Melakukan Perbaikan atau melakukan Rehabilitasi terhadap Rumah adat yg ada disana, entah apa yang menjadi Landasan Bapak,  sehinggak bapak tak pernah melakukan perbaikan, sekiranya hanya bapak yang Tahu...?
            Pemerintah Kedepan Lebih memberdayakan masyarakat lokal bukan tergantung kepada investor asing, karena investor asing suatu saat akan pergi meninggalkan Daerah kami, di kecamatan Pajjukukang  saat ini sudah Ada perusahaan mulai melakukan hal tersebut atas seizin bapak ,sebagian Masyarakat yang ada di sana saat ini mau bertani kembali sudah tidak bisa karena sawahnya sudah di bangunin pabrik nikel,  namun ironis nya lagi masih ada beberapa masyarakat yang sampai hari ini masih belum di bebaskan lahan nya oleh pihak investor,  semoga bapak Tidak buta dan tuli melihat semua itu.
            Masyarakat Bantaeng harus berdikari!! Berdiri di Kaki Sendiri!! Dari jaman penjajahan Kabupaten  Bantaeng adalah wilayah perkebunan, pertanian dan pariwisata, kembalikan hal itu.. maju terus masyarakat Bantaeng
               Pembangunan harus selaras antara perkktaan hingga di pedesaan,  saat ini masih banyak daerah pedesaan yang bapak belum benahi dari segi pendidikan,  dan Listik nya

             semoga Bupati selanjutnya Adalah pemimpin yang lebih amanah, pemimpin yg mengutamakan kesejahteraan masyarakatnya dibanding kesejahtrtaan pribadinya, dan pemimpin yg selalu ingat bahwa sebagai pemimpin dia akan dituntut pertanggung jawabannya di dunia dan akhirat,sehingga dia hanya melakukan apa yg harus dia lakukan sebagai pemimpin yg baik

jayalah Bantaeng ku....!

Senin, 05 Desember 2016

Sedikit Cerita Jalarambang na Bantaeng

Penulis : Abu Bakar*
Kabid Advokasi HPMB_Raya Cabang Jalarambang


            JALARAMBANG adalah sebuah istilah yang sudah tak asing lagi di telinga orang Bantaeng, penulis selalu melihat kata ini dalam nama akun facebook, dan beberapa tulisan di jalan, bahkan di papan nama sebuah toko.
           Jalarambang selalu diidentikkan dengan Bantaeng, Bantaeng yang kaya akan sejarah masa lalu, kaya akan budaya dan adat istiadat, Bantaeng tanah tua, Bantaeng Butta Toa.
            Jalarambang terdiri dari dua kata jala dan Rambang , dalam bahasa Makassar Jala adalah sebuah kata benda yang berarti jaring,dan Rambang adalah sebuah kata sifat yang berarti mengambil apapun yang ada di hadapannya tanpa terkecuali, "Jadi Jalarambang bisa di artikan jala yang Mampu Mengambil apapun yang ada di hadapan mata tanpa terkecuali ". Itu pemahaman singkat penulis sebagai orang Bantaeng tentang Jalarambang dalam bahasa Makassar.
            Konon kabarnya Jalarambang adalah semacam ilmu kebathinan, Ilmu ini berasal dari seorang ahli spiritual pada masa kerajaan Bantaeng atau dalam bahasa Bantaeng di kenal dengan sebutan Panrita.
Panrita ini mendapatkan ilmu jalarambang ini melalui proses semedi yang cukup lama, dia memohon petunjuk untuk diberikan ilmu oleh sang penguasa semesta, setelah mendapatkan petunjuk maka panrita ini bersegera melakukan petunjuk dalam semedinya itu.
            Akhirnya terciptalah sebuah mantra, dan sebotol ramuan minyak, minyak yang konon kabarnya tak pernah bisa habis itu.
Panrita ini khusus menciptakan ilmu Jalarambang ini sebagai bentuk pengabdiannya pada Raja yang berkuasa waktu itu, meskipun tidak ada informasi yang jelas, pada masa pemerintahan Raja Bantaeng ke berapa tepatnya. Dia menciptakan ilmu ini untuk membantu Raja Bantaeng dalam meyakinkan rakyatnya agar mereka percaya akan kepemimpinannya.
             Jalarambang adalah ilmu kebathinan yang mampu membuat orang yang memakainya lebih percaya diri, karena merasa semua yang melihatnya terkagum - kagum padanya, bahkan Ia bebas untuk memilih siapa saja yang diinginkannya, karena ilmu Jalarambang mampu mempengaruhi siapa saja yang melihat orang yang membaca mantranya dan memakai minyaknya.
             Konon kabarnya jika seorang Raja Bantaeng menginginkan seorang wanita sebagai pendampingnya, atas persetujuan perangkat adat dua belas, maka pihak wanita tersebut tidak bisa menolak akan keinginan itu, karena ini menyangkut harga diri Kerajaan Bantaeng saat itu, dan akan mempengaruhi kepercayaan rakyat terhadap kepemimpinannya dalam Kerajaan. Nah Jalarambang ini dipersiapkan untuk mengantisipasi penolakan dari pihak wanita tadi. seiring waktu ilmu Jalarambang ini akhirnya dipersiapkan untuk keluarga kerajaan Bantaeng juga, karena keluarga kerajaan juga sangat mempengaruhi kredibilitas kepemimpinan seorang Raja Bantaeng.
            Pada akhirnya tanpa disadari ilmu Jalarambang ini meluas dan disalah gunakan oleh segelintir orang, ada yang  akhirnya menjualnya kepada orang yang berasal dari luar lingkup keluarga Kerajaan Bantaeng.
             makanya ilmu Jalarambang semakin terkenal kesaktiannya kala itu, namun tidak sesakral ketika ilmu itu hanya diperuntukkan kepada Raja Bantaeng kala itu. karena minyak yang diramu oleh sang Panrita melalui proses semedi panjang nya itu memang hanya dikhususkan untuk Sang Raja.
              Dan konon kabarnya minyak itu masih ada sampai sekarang, namun entah dimana letaknya, karena semua yang menyangkut ilmu ini adalah hal yang sangat sakral dan bersifat rahasia. seiring dengan masuknya Agama Islam ke Kabupaten Bantaeng kala itu oleh seorang Raja dari Bone yang diusir dari kerajaannya karena Ia telah memeluk Agama Islam yg bernama La Tenri Ruwa, maka ketenaran ilmu Jalarambang ini semakin memudar, karena ilmu ini terkesan mistik dan tidak sesuai dengan kaidah - kaidah yang telah diatur dalam Agama Islam.
             Namun meskipun demikian sejarah Jalarambang ini tetap abadi, dan merupakan suatu kebanggaan masyarakat Bantaeng sampai saat ini, Bahkan istilah Jalarambang ini sudah menjadi identitas Kabupaten Bantaeng di mata daerah - daerah lain.
            Karena sebagian besar masyarakat Bantaeng masih tusangat menjaga adat - istiadat dan keluhuran budaya para leluhurnya.
             SEMOGA JALARAMBANG akan tetap utuh sebagai ciri khas masyarakat Bantaeng, meskipun keberadaan ilmu Jalarambang hanya tinggal cerita masa lalu belaka.

Editor: Adhe Shira