Penulis : Adhe Shira
Pengalaman Organisasi : PMII, IFI, HPMB_Raya, HAM Sul-Sel
Kampus : UIN Alauddin Makassar
Jurusan : Ilmu Politik
Dalam setiap kebangkitan peradaban di belahan dunia manapun, maka akan kita jumpai bahwa pemuda adalah salah sat rahasianya (Hasan al banna tokoh pergerakan mesir) Sejarah dunia adalah sejarah orang muda, jika angkatan muda mati rasa, matilah semua bangsa (Pramoedya Ananta Toer).
Sumpah Pemuda
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia
Kami putrid dan putra Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Djakarta, 28 0ktober 1928
Sebuah kalimat pembaharu dan pemersatu para pemuda Indonesia yang di bacanakan pada hari minggu tanggal 28 oktober 1928. Melihat sejarah Sumpah Pemuda, kita dapat melihat bahwa pemudahlah yang berjuang dengan jiwa dan raganya demi persatuan dan kemerdekaan. Pemudalah yang menjadi penggerak dan pelopor perubahan nasib bangsa. Pemuda juga lah yang berani berjuang dalam mewujudkan cita-cita bangsa
Minggu, 28 oktober 1928 tertanam dalam benak setiap jiwa masyarakat Indonesia ketika seluruh pemuda Indonedia yang kita kenal dengan sebutan jong java, jong batak, jong ambong, jong islamiten bong, jong Celebes, jong sumatera jong borneo berkumpul di Batavia (Jakarta) untuk bagaimana melahirkan sebuah label kebangsaan sekaligus merupakan momentum sesungguhnya Indonesia di lahirkan, pada hari itu merupakan awal perencanaan perjuangan dan arah pembentukan Negara yang bebas dari penjajahan. Pada hari itupulah masa depan Indonesia telah di tentukan dengan konsep Negara bangsa. Momentum sumpah pemuda bukanlah suatu revolusi semu yang melahirkan perencanaan Negara boneka, dan hanya berakhir penderitaan seperti yang dialami Indonesia saat ini.
88 Tahun sumpah pemudah dan 2 Tahun kepemimpinan Jokowi-JK yang sekaligus harapan pemuda dan masyarakat sebagai agenda pelanjut reformasi ke 18 tahun yang akan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat namun, realita yang terjadi kesejahteraan masyarakat jauh dari kemungkinan, dimana korupsi semakin merajalela di bangsa ini, lihat saja bagaimana nasib buruh , masih banyak buruh yang mendapatkan upah tidal layak atau tidak sesuai dengan UMR yang telah di tetapkan, begitu juga dengan guru honorer yang tingkat kesejahteraannya masih jauh dari kata layak.
Nelayan yang tidak bisa melaut karena tingginya harga BBM, dan rendahnya nilai jual ikan dari hasil tangkapannya, belum lagi reklamasi pantai yang sedikit demi sedikit akan mempersempit ruang gerak mereka dengan adanya pencemaran air laut ataupun pengrusakan terumbu karang. Petani yang masih kesulitan untuk menjual hasil taniannya, rendahnya nilai jual dari hasil pertanian. Sebab, kebijakan pemerintah untuk mengimport pertanian ke luar negeri.
Inilah yang harus di lihat lebih jeli oleh pemuda dan mahasiswa namun, ironisnya hari ini pemuda tidaklah di buat untuk kritis dan ikut mencampuri urusan yang sudah menjadi bagian dari diri pemuda. Bahkan hari ini pemuda banyak di jadikan sebagai tameng dan di buat tidak mampu bertanya tentang apa yang di perjuangkannya. Seperti yang kita lihat dari berbagai media sosial.
Pemuda malah hanya mengurusi hal-hal yang di anggap ada di permukaan saja tanpa tahu akar dari sebuah permasalahan. Generasi pemuda yang di lahirkan dari pendidikan kapitalsme demokrasi liberal hanya bersifat hedonis, apatis, apolitis, apatis, memiliki mentalitas rendah dan sifat-sifat terhinakan yang keluar dari jalur pemuda sebagai ageng perubahan. Selain itu, mereka juga pragmatis dan cenderung permisif, tawiran, kejahatana seksual atau seks bebas, penyimpangan orientasi seksual (LGBT) merupakan bentuk dan hasil kegagalan sistem demokrasi.
Sebagaiamana yag di katakan oleh Pramoedya Ananta Toer bahwa pemuda adalah Generasi masa depan bangsa, maka dari itu pemuda hari adalah generasi pemimpin bangsa 10 hingga 20 tahun yang akan datang. Karenanya harus memiliki kekuatan moral dan intelektualitasnya. Sebuah pepatah pernah di takatakan bahwa; “sesungguhya di tangan dan langkah pemudahlah urusan dan hidupnya sebuah Negara”.
Jika hal tersbut terlah tertanamkan dalam jiwa para pemuda, maka tidak mungkin kesadaran bersama ketika sumpah pemuda tahun 1928 juga akan bangkit kembali. Akan timbul kesadaran bahwa mereka tidak boleh terpecah-pecah hanya karena sekat-sekat primordial seperti ras, kelompok, agama, dan aliran idieologi lain nya. Sebab kemajuan dan masa depan bangsa ada di pundak para pemuda, mari kita pikul bersama. Karena itu, rekonsiliasi pemuda sangat mendesak untuk di lakukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar