Kabid 1 Cabang Ba'Ba Eja HPMB-Raya
Ilmu politik Uin Alauddin Makassar
Ket. Foto Bupati Bantaeng
Pada momentum 22 April kita selalu memperingati satu peringatan besar yang mana haruslah mendapatkan simpatik seluruh lapisan masyarakat terkhusus di Kabupaten Bantaeng, sulawesi Selatan. Peringatan Hari Bumi, merupakan agenda yang akan membawa kita kembali menyadari betapa berharganya tempat tinggal kita ini. Dalam Islam, seperti yang sering kita dengar bahwasanya manusia di turunkan kebumi bukan untuk melakukan kerusakan melainkan menjadi khilafah di muka bumi ini. Begitupun di agama-agama lainnya tentulah mengajarkan kita untuk menjaga kelestarian bumi kita. Sementara itu, apa yang terjadi dalam kehidupan nyata ? telah terjadi pemerkosaan besar-besaran terhadap tempat tinggal kita. Bumi dan kekayaannya di kuras habis oleh satu system setan yang bernama insvestor asing(Kapitalisme).
Jika kita melakukan survey menyeluruh di seluruh dunia, ita akan tahu berapa kerugian yang di sebabkan oleh pengerusakan ekosistem kita ini. Di Indonesia saja, penjarahan terhadap hasil bumi kita sudah tidak perlu di ragukan lagi. Jargon Negara kaya dengan hasil alam yang berlimpah, seakan menjadikan bangsa kita sebagai bangsa sombong yang tidak memperdulikan keberlanjutan kehidupan. Lagipula setelah di telisik lebih jauh ternyata Negara kita bukanlah Negara yang menjadi Negara terkaya dalam hal hasil alam, melainkan Negara “ donator “ terbesar untuk para kapitalis.
Negara kita merupakan Negara yang berada dalam posisi teratas dalam segi ekspor hasil bumi. Artinya ketika ekspor besar-besaran ini gencar dilakuakan, apa yang akan di sisahkan kepada anak cucu kita nanti. Kemudian daripada itu jika kita ingin mencoba membenarkan prilaku pemerkosaan itu, seberapa besar pengaruh bagi kesejahteraan rakyat sendiri ? apabila hasil bumi kita ini benar-benar untuk kesejahteraan rakyat, maka kita boleh saja sombong, karena tidak akan mendengar lagi berita “ busung lapar di atas timbunan emas”, atau “ krisis energy di lumbung energy”
Terkhusu provinsi Sulawesi-Selatan , kita bisa berbangga terhadap Kabupaten Bantaeng yang memikiki banyak sumber daya Alam. Jumlah pertambangan Bantaeng sudah mukai di buka, namun di sayangan berbanding terbalik dengan kehidupan local. Di salah satu kecamatan misalnya mengalami kepincangan yang nyata, masyarakat justru tidak mampu memaksimalkan hasil alam untuk dipakai sebagai penopang aktifitas mereka.
kondisi lingkungan tak kalah luar biasa, Kemarau begitu ramah menyapa kemudian dari segi kesehatan tak kalah hebat, polusi udara terjadi dimana-mana,yang akibatnya penyakit radang dll menjadi sahabat terbaik. bicara masalah kesejahteraan ekonomi, justru dampak menjadikan masyarakat sebagai makhluk asing terhadap lingkungannya. Masyarakat sedikit lagi akan mengalami tingkat pembodohan yang besar dengan meninggalkan pekerjaan lama dan menjadi buruh perusahaan . Dan itu dilakukan bukan tanpa alasan, tetapi karena kerusakan ekosistem, kerusakan alam yang berdampak terhadap penurunan hasil produksi masyarakat sekitar baik itu di sector perairan maupun perkebunan. Orang2 akan meninggalkan laut karena air laut akan tercemar, begitu juga dengan perkebunan karena hasil kebun sudah tidak maksimal akibat dari kerusakan ekosistem yang di sebabkan oleh tambang. Itulah mengapa pada akhirnya masyarakat rela meninggalkan aktifitas yang sesusungguhnya lebih bermanfaat bagi mereka.
Memang jika kita lihat secara lebih teliti lagi, pemerkosaan terhadap bumi kita menimbukan banyak polemic yang berkepanjangan. Tingginya tingkat pengangguran karena saat ini karena kurang tersedianya lapangan pekerjaan . Dan termasuk yang juga penghancuran budaya local yang sejauh ini cukup memprihatinkan. Masyarakat kehilangan tempat dan waktu untuk berfikir mengenai pelestarian budaya.
Lalu siapa yang di untungkan terhadap pemerkosaan bumi ini ? jawabannya sangat mudah, bahwa yang di untungkan adalah mereka para pemilik modal yang bekerja sama dengan Pemerintah.
Pemerintah dalam hal ini tidak bisa melepaskan tangan begitu saja, menyerahkan pertarungan masyarakat dengan para tengkulak bumi. Pemerintah dalam hal ini justru memiliki peran penting sebagai pemangku kebijakan public, artinya segala macam yang bersangkutan dengan ranah public itu menjadi tugas dari pemerintah. Pemerintah seharusnya bertindak tegas terhadap para penjarah hasil bumi. Namun seperti yang sudah kita ketahui di zaman kapitalisme ini
"Pemerintah Hanya Menjadj Kacung bagi para pemilik Modal bahkan sering kita jumpai pemerintah lewat segala Macam Regulasinya seakan menyerahkan milik rakyat untuk di kelola oleh parah pemilik modal "
Tidak ada keseriusan pemerintah dalam mempertahankan hak rakyatnya dan yang lebih tragis lagi, sudah merupakan suatu kewajiban dari para militer untuk menangkap mereka para pemerkosa bumi, maka jangan heran apabila kita mendengar terjadi penangkapan terhadap masyarakat yang mencoba mempertahankan hak mereka dari para perampok bumi, segala macam bentuk refresifitas dari militer merupakan bentuk kewajaran memang, dimana tugas militer memang menjadi pengaman bagi pemilik modal. Selain daripada militer, kita juga patut menyoroti Lsm-Lsm yang juga melindungi penjarahan ini, tidak jarang kita menemukan Lsm sebagai pengaman di samping dengan para militer dan juga turut serta memperkosa bumi kita tercinta.
Melihat catatan diatas, sangat tragis kondisi masyarakat kini. Masyarakat di kepung oleh berbagai macam serdadu yang dikendalikan oleh satu pihak yaitu modal. Jika kita memiliki modal besar, maka kita bisa membeli apa saja termasuk Negara. Negara sudah tidak berjalan sebagaimana mestinya, Negara sudah tidak memiliki rakyat
"Negara Hanya Menjadi Suatu Kata yang di gunakan untuk menjerat Rakyatnya"
Lantas apa tindakan kita selanjutnya ? kita tidak bisa membiarkan pemerkosaan terhadap bumi kita berlarut-larut. Kita tidak bisa berdiam diri berharap akan datang ratu adil yang akan merubah segalanya. Memang kita tidak bisa mengharapkan keajaiban yang akan turun dari langit, tetapi kita bisa membuat suatu keajaiban. Kita harus bersatu membangun satu kekuatan besar yang menolak segala bentuk,segala upaya yang dilakukan oleh pemilik modal salah satunya penjarahan terhadap bumi kita. Dan tentunya kita juga tidak bisa mengharapkan keberpihakan pemerintah, kita tidak bisa mengharapkan perubahan iblis menjadi malaikat. Satu-satunya jalan adalah mengorganisir setiap elemen masyarakat, mengorganisir para petani, buruh, kaum miskin kota, aktivis lingkungan, mahasiswa dll untuk berperang melawan ketidakadilan.
Sudah saatnya kita membangun suatu alat perjuangan kita sendiri, membangun alat politik kita sendiri yang nantinya akan membebaskan kita dari segala macam bentuk penindasan menuju suatu tatanan baru tanpa penindasan dan sudah barang tentu terciptalah Suatu Keadilan Sosial bagi Seluruh rakyat Indonesia pada khususnya dan para makhluk semesta pada umumnya.
"Dengan Cinta Dan Sedikit Keras Kepala Kabarkan Kebenaran Kepada Mereka Yang Tak Jelas Berkata"
HPMB Raya Sampai Mati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar